Peran Aktif Karang Taruna dalam Meminimalisasi Intensitas Depresi pada Remaja
Peran Aktif Karang Taruna dalam Meminimalisasi Intensitas Depresi pada Remaja
oleh: Ni Putu Ira Karisma Santi, Komang Ayu Trianinda Putri Yuliantari
(SMA N 1 Selemadeg, Bali)
Masalah depresi pada remaja akan kami mulai dari salah satu contoh kasus yang ada. Awalnya adalah kasus yang sering terjadi di kalangan remaja, yakni perundungan yang lebih populer dengan istilah bullying. Kasus bullying terhadap remaja saat ini semakin sering ditemukan. Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2013 pada penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 6,0%. Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan jumlah penduduk dengan gangguan jiwa berat seperti psikosis dan skizofrenia di Indonesia mencapai 1.728 orang (Marela, Wahab, Marchira, 2017). Maraknya kasus bullying yang menyebabkan depresi pada remaja dapat mengakibatkan berbagai macam kasus urgensi seperti gangguan mental bahkan berujung bunuh diri. Remaja dalam satu tahun antara 1,7 – 5,9% dan diperkirakan 12% kematian pada umur tersebut diakibatkan oleh bunuh diri (Ulmila, 2008 dalam Keliat, Tololiu, dan Daulima, 2010).
Sehubungan dengan kasus perundungan, ada satu satu contoh kasus yang terjadi di Bali pada hari Jumat, 5 Juli 2019 adalah ditemukan tiga remaja putri asal Klungkung (Bali) berurusan dengan polisi karena melakukan perundungan (bullying). Ketiga gadis remaja ini tega menendang, menampar, hingga nyaris menelanjangi korban gara-gara tudingan ‘cabe-cabean’ (detiknews, 2019). Pada ruang lingkup yang lebih sempit lagi, yakni kasus yang terjadi di Desa Bajera. Pada tahun 2017 kasus yang terjadi adalah kasus uji coba bunuh diri pada remaja putri yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan berbagai faktor yang melatarbelakangi, seperti: mulai dari kondisi fisik, kemampuan finasial keluarga menengah ke bawah.
Proses pencarian jati diri yang dialami oleh remaja itu seringkali membuat dirinya sangat tergantung pada faktor eksternal yaitu pergaulan teman dan cukup banyak mempengaruhi sikap hingga pola pikir dan perilaku remaja tersebut. Dalam kondisi seperti itu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya membuat dirinya tumbuh dengan karakter remaja yang cenderung beremosi labil yang berujung pada gangguan mental, berupa gangguan depresi jika tidak segera diobati.
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat, yang umumnya terjadi di kalangan remaja. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah. Gangguan depresi berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang dapat masuk ke fase depresi. Rathus (dalam Lubis, 2009) menyatakan bahwa individu yang mengalami depresi umumnya menunjukkan beberapa gejala khas, seperti: (a) Gejala fisik, seperti: gangguan pola tidur, menurunnya tingkat aktivitas, menurunnya efisiensi kerja, menurunnya produktivitas kerja, dan mudah merasa lelah serta sakit; (b) Gejala psikis, seperti: kehilangan rasa percaya diri, sensitif, merasa diri tidak berguna, memiliki perasaan bersalah, dan perasaan yang terbebani; (c) Gejala sosial, seperti: masalah interaksi dengan rekan kerja, perasaan minder dan cemas jika berada di antara kelompok, tidak nyaman berkomunikasi dengan orang lain, dan tidak mampu bersikap terbuka atau menjalin hubungan dengan lingkungan (Lubis, 2009). Oleh karena itu, sepatutnya remaja banyak bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama. Depresi dapat diatasi dengan berbagai cara seperti mengikuti ekstrakurikuler di sekolah, menjalankan hobi, ataupun bergabung dengan organisasi karang taruna.
Karang Taruna berasal dari kata ‘Karang’ yang artinya pekarangan, halaman, atau tempat, dan kata ‘Taruna’ yang berarti remaja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karang taruna adalah tempat kegiatan (berhimpun dan sebagainya) para pemuda (remaja). Organisasi ini menampung remaja dalam ruang lingkup satu desa. Karang taruna juga merupakan organisasi informal yang ada di lingkungan masyarakat dalam ruang lingkup desa dan anggotanya merupakan para remaja di Desa Bajera. Salah satu ciri dari organisasi karang taruna adalah terdiri dari remaja putra maupun remaja putri. Aktivitas rutin yang dilaksanakan terdiri dari berbagai jenis kegiatan positif. Setiap harinya, organisasi tersebut melaksanakan jenis kegiatan yang berbeda-beda, seperti: (a) Olahraga, olahraga adalah salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang. Olahraga rutin tiga hingga lima kali dalam satu minggu selama 30 hingga 60 menit mampu menurunkan risiko munculnya depresi dan membantu memperbaiki pola tidur menjadi lebih baik. (b) Seni, seni adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur estetika (keindahan) dan mampu membangkitkan perasaan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Salah satu contoh seni yang mampu menurunkan tingkat depresi yaitu dengan melakukan art therapy atau terapi melalui media seni. Malchiodi (2013) menyatakan art therapy (terapi melalui media seni) adalah suatu bentuk terapi yang bersifat ekspresif dengan menggunakan materi seni, seperti lukisan, kapur, spidol, dan masih banyak lagi contoh lainnya. (c.) Konseling menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konseling merupakan pemberian bimbingan oleh ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya; pengarahan atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan. Oleh karena itu, Karang Taruna mampu memberikan hal-hal yang positif seperti, olahraga, seni dan konseling sehingga remaja memiliki aktivitas-aktivitas positif dan para remaja memiliki lebih banyak kesempatan untuk bersosialiasasi dengan lingkungannya. Dengan berbagai aktivitas Karang Taruna mampu menurukan tingkat depresi pada remaja.
Konselor merupakan orang yang telah mengikuti berbagai jenis pelatihan untuk memberikan konseling terhadap orang lain. Sebaiknya konselor itu masih dalam umur yang sebaya. Dalam dunia remaja konselor sebaya dapat dikatakan efektif untuk membantu remaja lainnya untuk menyelesaikan masalah. Terbukti dalam ekstrakurikuler PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) di sekolah mampu mengatasi berbagai jenis kasus pada remaja. Remaja asal Desa Bajera yang menjadi konselor sebaya di sekolah pasti mampu menularkan “virus-virus” positifnya kepada remaja yang bernaung di organisasi Karang Taruna tersebut. Dalam Buku Psikologi Perkembangan, disebutkan salah satu teori psikologi, yaitu teori-teori belajar. Teori ini menyatakan bahwa perspektif ini mengemukakan kunci untuk memahami perkembangan terletak pada perilaku yang dapat diamati dan respons individu terhadap stimuli lingkungan. Aktivitas rutin yang dilaksanakan dalam organisasi ini mampu mengajari kita bagaimana memahami diri sendiri dan orang lain, menemukan hobi dan bakat masing-masing individu serta mampu merangkul antara individu yang satu dengan yang lainnya. Secara tidak sengaja mampu memprediksi tingkat emosional remaja lainnya. Mulai dari level cemas, stres hingga depresi. Saat masih berada di level cemas dan stres kita mampu merangkul mereka dengan mengalihkan ke berbagai jenis kegiatan positif, baik itu olahraga, seni, maupun konseling kecil dari konselor sebaya yang telah ditentukan sebelumnya. Jika ditemukan remaja pada level tertinggi yaitu depresi, remaja lainnya bekerja sama dengan konselor sebaya untuk menjembatani penderita depresi tersebut agar melakukan pemeriksaan dan rehabilitasi secepat mungkin, sebagai contoh mengajak remaja tersebut untuk bertemu ahli jiwa, seperti perawat kejiwaan, dokter jiwa, atau psikolog.
Kegiatan-kegiatan yang dirancang pada organisasi kepemudaan atau yang dikenal dengan istilah Karang Taruna mampu meminimalisasi intensitas terjadinya depresi pada remaja yang mengakibatkan berbagai jenis gangguan mental dan kejiwaan bahkan dapat berujung pada percobaan bunuh diri. Aktivitas yang telah diprogramkan juga mampu memberi dampak positif bagi remaja seperti terhindar dari pergaulan bebas yang berisiko, pendewasaan usia perkawinan dan mengurangi adiksi remaja pada penggunaan gadget.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwadaminta, W.J.S. (2003). KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA (III ed.). Jakarta Timur: Balai Pustaka
Upton, P. (2012). Psikologi Perkembangan (01st ed.). Jakarta: Erlangga
Sumber lain:
Permatasari, A. E., Marat, S., & Suparman, M. Y. (2017). Penerapan Art Therapy untuk Menurunkan Depresi pada Lansia di Panti Werdha X. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni. 1. 116-126
Marela, G., Wahab, A., & Marcheira, C.R. (2017). Bullying verbal menyebabkan depresi pada remaja SMA di Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat ( BKM Journal of Community Medicine and Public Health). 33. 43-48
Mardiastuti, A. (2019, Juli 05). 3 Siswi SMA Pelaku Bully di Klungkung Bali Ditetapkan Jadi Tersangka. detiknews. Diakses dari https://m.detik.com/garis/news/berita/d-4613019/3-siswi-sma-pelaku-bully-di-klungkung-bali-ditetapkan-jadi-tersangka
Wardhani, Y. K. (2014). PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO. skripsi. tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini