INOVASI WEBSITE “SmartGenCy” BERBASIS PROGRAM “FreaDay”
INOVASI WEBSITE “SmartGenCy” BERBASIS PROGRAM “FreaDay” SEBAGAI PENGEMBANGAN DARI GERAKAN LITERASI NASIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA LITERASI DI INDONESIA
Oleh : Ni Komang Tika Pradnyani
Kelas : XA
Meraih Juara Harapan 1 Tingkat Nasional di Universitas Muhammadiyah Jember
Literasi tidak pernah luput dari dunia pendidikan. Pada awal munculnya, istilah literasi memiliki arti sebagai sebuah kemampuan untuk membaca. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dalam perkembangannya literasi mengalami perluasan arti yang dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan lainnya. Literasi merupakan suatu hal yang dianggap basic atau dasar dalam dunia pendidikan yang mestinya dikuasai oleh para siswa. Menurut Kemendikbud (2016:2), literasi merupakan suatu kemampuan untuk mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, menulis, melihat, menyimak, dan berbicara. Menurut Clay dan Ferguson (2001) menyatakan bahwa, komponen literasi terdiri atas literasi dini (early literacy), literasi dasar (basic literacy), literasi perpustakaan (library literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), dan literasi visual (visual literacy). Sedangkan berdasarkan Buku Panduan Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud (2017), ada enam jenis literasi dasar di antaranya yaitu literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.
Pada hakikatnya, literasi merupakan jendela dunia atau gudang ilmu. Karena dengan banyak melakukan literasi, kita dapat mengetahui berbagai macam hal, informasi dan pengetahuan baru yang pada mulanya belum kita ketahui, serta dapat mempelajarinya lebih mendalam. Selain itu, literasi juga dapat mengasah pikiran kita agar dapat berpikir secara kritis, dan mampu menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari- hari sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki banyak pengetahuan, maka pengetahuan tersebut secara tidak langsung akan membantu dirinya dalam melakukan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Adanya kebiasaan literasi yang konsisten dapat meningkatkan daya ingat kita terhadap apa yang telah kita pelajari. Tentunya dengan memiliki kemampuan literasi yang baik, maka semakin luas wawasan dan pengetahuan yang kita miliki, serta kita juga akan mampu menyerap informasi dengan lebih baik.
Rendahnya tingkat literasi, menyebabkan masyarakat Indonesia seringkali menanggapi berita hoaks. Hal tersebut dapat menyebabkan masyarakat Indonesia sangat mudah untuk diprovokasi atau bahkan dimanipulasi. Ketika hal tersebut terjadi, maka akan dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan masyarakat. Apalagi jika berita hoaks tersebut berkaitan dengan negara yang dapat menyebabkan terancamnya stabilitas dan keutuhan negara Indonesia. Maka, untuk mencegah terjadinya penyebaran berita hoaks sepatutnya kemampuan literasi dalam memahami bacaan perlu ditingkatkan dengan senantiasa cermat dan teliti dalam membaca berita atau menerima informasi. Serta selalu bersikap kritis dan utamakan logika ketika menanggapi suatu berita.
Keadaan literasi di Indonesia masih memprihatinkan di era globalisasi seperti sekarang ini. Literasi belum menjadi budaya di kalangan pelajar maupun masyarakat Indonesia. Dikutip dari Kominfo berdasarkan hasil data dari UNESCO menyebutkan bahwa, Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah soal minat literasi di dunia. Minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah dan memprihatinkan yakni hanya sekitar 0,001%. Artinya, dari sekitar 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Menurut data dari riset yang berbeda berjudul World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca (Kominfo.go.id 10/10/2017). Hasil survei tersebut mengisyaratkan kita bahwa, minat baca atau literasi di Indonesia merupakan sebuah persoalan yang harus ditangani dengan serius. Apabila hal tersebut terus-menerus dibiarkan akan berdampak negatif terhadap generasi muda Indonesia di masa mendatang. Hal tersebut juga akan dapat menghambat Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang salah satu tujuannya adalah mengenai pendidikan berkualitas. Keterbelakangan pendidikan di Indonesia akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, yang akan mengakibatkan Indonesia semakin tertinggal dengan negara- negara lainnya.
Berdasarkan pengamatan penulis, beberapa faktor penyebab dari terjadinya krisis budaya literasi di Indonesia antara lain :
- Kebiasaan wajib literasi belum ditanamkan sejak dini oleh orang tua kepada anaknya. Sepatutnya orang tualah yang menjadi contoh pertama anak untuk melakukan kegiatan literasi. Padahal usia kanak-kanak merupakan masa golden age yaitu pada fase ini anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan otak yang sangat pesat, sehingga para orang tua dapat membentuk karakter anaknya dalam hal minat membaca. Selain itu, budaya literasi pada masyarakat Indonesia juga belum menjadi prioritas.
- Minimnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan khususnya di perpustakaan. Kurangnya ketersediaan buku-buku penunjang yang bervariasi terutama yang diminati oleh siswa menyebabkan siswa menjadi malas untuk meminjam buku di perpustakaan. Hal ini diperkuat dengan adanya data dari perpustakaan di sekolah kami (SMA Negeri 1 Selemadeg, di Kabupaten Tabanan-Bali). Berdasarkan data laporan kunjungan dan peminjaman buku di perpustakaan tahun pelajaran 2021/2022, dengan total keseluruhan siswa sebanyak 850 orang didapatkan hasil rata-rata hanya sekitar 232,7 (28%) siswa mengunjungi perpustakaan dan hanya sekitar 178,3 (21%) siswa yang meminjam buku di perpustakaan. Persentase tersebut tentu masih sangat jauh dari harapan bahwa, sekolah dijadikan sebagai contoh untuk membudayakan kegiatan literasi.
- Lingkungan atau situasi yang tidak memotivasi atau mendukung. Kebiasaan dari masyarakat Indonesia yang biasanya menyebutkan dengan istilah “si kutu buku” kepada orang yang rajin membaca. Menyebabkan orang tersebut menjadi malu dan risih ketika dikatakan demikian, sehingga orang tersebut menjadi enggan atau malas untuk membaca buku lagi.
- Rendahnya keterjangkauan daya beli buku masyarakat. Bagi kalangan menengah ke bawah harga buku memang masih cukup terbilang mahal sehingga masyarakat menjadi tidak tertarik untuk membeli buku.
- Pesatnya perkembangan sebuah teknologi digital saat ini. Hal tersebut menyebabkan semakin berkurangnya minat masyarakat terhadap aktivitas membaca buku.
Dari beberapa faktor yang telah dipaparkan di atas dapat ditafsirkan bahwa di diperlukan sebuah inovasi baru yang dapat menciptakan budaya literasi di Indonesia. Sebelumnya pemerintah memang sudah membuat program mengenai literasi melalui Gerakan Literasi Nasional, namun program tersebut dianggap belum berjalan dengan efektif dan belum memberikan hasil yang cukup signifikan. Oleh karena itu, permasalahan tersebut memerlukan strategi khusus agar dapat meningkatkan kemampuan literasi masyarakat maupun pelajar di Indonesia dengan menindaklanjuti program tersebut melalui beberapa pengembangan kegiatan yang lebih efektif.
Lingkungan sekolah sangat identik dengan literasi, maka sekolah dapat dijadikan sebagai sebuah langkah awal untuk mengedepankan budaya literasi yang selanjutnya dapat diimplementasikan pada lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penulis menawarkan sebuah ide untuk mengembangkan program yang bernama “FreaDay” yang merupakan singkatan dari Friday Reading (Jumat membaca). Program ini mewajibkan sekolah untuk menerapkan kegiatan literasi setiap hari Jumat bagi seluruh warga sekolahnya, termasuk guru, pegawai dan tentunya para peserta didik. Kegiatan “FreaDay” ini tidak hanya berfokus pada aktivitas membaca buku saja, melainkan juga kegiatan literasi lainnya seperti menulis, numerasi, kegiatan observasi dan praktikum sains, seni atau kebudayaan, dan sebagainya seperti yang telah dipaparkan mengenai jenis-jenis literasi sebelumnya. Jenis kegiatan literasi yang dipilih disesuaikan dengan minat dan bakat dari masing-masing individu. Jenis-jenis bidang literasi tersebut akan membahas mengenai hal-hal yang di luar mata pelajaran sekolah, sebagai upaya untuk memperluas wawasan siswa dan menghindari agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh. Setiap jenis bidang literasi tersebut, diwajibkan ada satu pembina yang berkompeten di bidangnya yang akan bertugas untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik siswa. Setiap 1 minggu siswa juga diwajibkan untuk meminjam 1 buku di perpustakaan untuk menunjang kegiatan literasinya. Pada hari Jumat sekolah difokuskan untuk menerapkan program ini saja dan tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti hari biasanya.
Warga sekolah diharapkan tidak hanya terpaku untuk melaksanakan kegiatan literasi ketika program “FreaDay” ini dilakukan, namun kegiatan literasi ini dapat dilaksanakan rutin setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Sebelum pelajaran dimulai, para siswa diwajibkan untuk membaca buku di luar mata pelajaran selama 15 menit kemudian siswa diminta untuk membawakan ulang apa yang telah dipelajarinya di hadapan siswa lainnya. Selain itu, program “FreaDay” ini juga mewajibkan siswa saat semester akhir untuk membuat sebuah riset atau penelitian terkait hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini dilakukan agar para siswa dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dan siswa terlatih untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan Jumat membaca memang sudah ada beberapa sekolah yang menerapkannya, namun kegiatan tersebut hanya sekadar dilakukan saja dan tidak memberikan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, pihak sekolah mesti segera menegakkan program ini dengan sungguh-sungguh agar kemampuan literasi peserta didiknya dapat meningkat dengan signifikan.
Pesatnya perkembangan kecanggihan teknologi digital seperti sekarang ini mesti dimanfaatkan sebaik mungkin. Supaya kecanggihan teknologi digital tidak hanya sekadar digunakan sebagai media hiburan semata. Kita sebagai generasi muda harus senantiasa memanfaatkannya dengan cara membuat sebuah inovasi-inovasi yang kreatif, terutama yang nantinya dapat membantu dalam proses belajar. Agar kegiatan literasi di sekolah berjalan dengan optimal, program “FreaDay” dapat didukung dengan adanya sebuah teknologi digital yang dirancang oleh penulis dan diberi dengan nama website “SmartGenCy” yang merupakan singkatan dari Smart Generation in Literacy. “SmartGenCy” adalah sebuah website yang dirancang khusus untuk membantu siswa dalam proses kegiatan literasi. Website ini dirancang untuk bisa menampung dan mewadahi siswa dalam hal menuangkan ide-ide kreatifnya dalamkegiatan literasi. Pada website ini akan tersedia beberapa fitur diantaranya:
- E-book dan e-journal
Fitur ini akan menyediakan berbagai macam buku untuk menunjang proses belajar siswa. Fitur ini akan mempermudah siswa untuk mengakses bacaan sesuai dengan tema dan topik yang diinginkannya. Dengan adanya e-book dan e-journal memungkinkan siswa untuk membaca kapan pun dan di mana pun. Selain itu, e-book dan e-journal ini juga mudah dibawa ke mana-mana, ramah lingkungan, tahan lama, mudah dalam penggandaan dan pendistribusian.
- Artikel dan video edukasi
Pada fitur ini siswa dapat mengunggah dan mengakses berbagai macam artikel maupun video edukasi. Artikel dan video edukasi tersebut dapat mengenai tentang mata pelajaran, nilai-nilai pendidikan karakter, edukasi kesehatan dan sebagainya.
- Karya inspiratif dan tips berprestasi
Pada website ini siswa dapat mengunggah karya-karya hasil literasinya seperti karya tulis ilmiah, essay, puisi, pantun, cerpen, karangan bebas, poster, maupun gambar terkait literasi dan sebagainya. Kemudian pada fitur ini siswa juga dapat menambahkan bagaimana cara mereka dalam meraih prestasi. Dengan adanya fitur ini diharapkan siswa dapat memperoleh inspirasi atau gambaran mengenai literasi setelah melihat karya-karya dari siswa lainnya.
- Book reviews
Pada fitur ini siswa dapat mengunggah ulasan mengenai buku yang telah dibacanya. Setelah melihat ulasan tersebut diharapkan dapat menarik minat siswa untuk membaca buku yang telah dibaca oleh siswa lainnya.
- E-library
Pihak perpustakaan juga turut serta dalam pengembangan website ini, agar dapat mempermudah pekerjaannya dalam mengelola peminjaman buku dengan menyediakan fitur e-library yang dapat diakses oleh siswa untuk meminjam buku. Mengingat saat ini sekolah dasar maupun menengah di Indonesia masih jarang ada yang menyediakan fasilitas e-library ini untuk peserta didiknya.
Sejalan dengan itu, program “FreaDay” perlu didukung dengan adanya penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak sekolah agar siswa dapat menjangkau dengan mudah sumber-sumber belajar dan dalam rangka mendukung dan mengembangankan program “FreaDay”. Misalnya seperti dengan menyediakan ruang perpustakaan yang nyaman, pojok baca di dalam kelas maupun di tempat-tempat strategis lainnya, taman baca, majalah dinding, ruang komputer dan akses internet, ruang kesenian, ruang laboratorium, fasilitas olahraga, papan informasi konvensional dan digital, serta fasilitas pendukung lainnya. Peran perpustakaan sangat diperlukan dalam hal ini sebab perpustakaan sangat identik dengan yang namanya literasi. Perpustakaan mesti menyediakan sumber-sumber belajar yang berkualitas dan memadai untuk siswa. Kemudahan akses sumber belajar ini akan berkorelasi dengan perluasan cakupan literasi siswa. Semakin banyak sumber pembelajaran literasi yang mudah diakses oleh siswa, maka semakin meningkat pula ketertarikan siswa untuk terlibat dalam kegiatan literasi.
Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kegiatan literasi, mengingat pemerintah dipandang sebagai pemegang sistem untuk mengatur dan membina masyarakat. Sebelumnya pemerintah yaitu Kemendikbudristek memang telah secara rutin menyelenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra setiap bulan Oktober, dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan bahasa Indonesia dan tentunya untuk meningkatkan literasi masyarakat dalam hal berbahasa Indonesia. Jika kegiatan literasi dapat berjalan dengan baik tentu akan semakin membuat generasi muda kita tidak “rabun membaca dan lumpuh menulis” seperti apa yang pernah dilontarkan oleh Taufiq Ismail, salah satu sastrawan Indonesia.
Khusus di pemerintahan daerah Provinsi Bali juga telah menyelenggarakan program Bulan Bahasa Bali setiap bulan Februari dengan tujuan yang sama yakni melestarikan dan meningkatkan literasi dalam berbahasa Bali. Berdasarkan pengamatan penulis, kedua program tersebut sejauh ini ternyata belum memberikan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini disebabkan karena masyarakat hanya sekadar untuk ikut berpartisipasi memeriahkan program tersebut dan tidak dengan niat sungguh-sungguh mengikutinya. Hal itulah yang menyebabkan budaya literasi di Indonesia masih sangat minim. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa, banyak anak muda kelahiran asli Bali tidak lancar berbahasa Bali. Walau dapat berbahasa Bali, penggunaan bahasanya campur aduk dengan Bahasa Indonesia gaul. Begitupun sebaliknya, terkadang penggunaan bahasa Indonesia sering diselipkan dengan bahasa asing.
Berbagai macam cara membudayakan dan memprioritaskan kegiatan literasi dalam kehidupan sehari-hari perlu terus digalakkan. Pemerintah sangat berperan penting untuk menyadarkan serta mengedukasi masyarakat mengenai seberapa penting literasi dalam membantu meningkatkan kualitas kehidupan. Pemerintah semestinya bergerak cepat untuk mendongkrak dan menggiatkan kembali program literasi. Pemerintah juga dapat memberikan pelatihan mengenai literasi kepada generasi muda sebagai penerus bangsa yang nantinya akan melanjutkan tatanan kehidupan bangsa. Dengan adanya pelatihan-pelatihan dasar seperti itu, diharapkan generasi muda dapat menjadi tonggak utama dalam menyukseskan budaya literasi di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga dapat membantu pihak perpustakaan yang merupakan pihak yang berperan penting dalam hal penyediaan buku untuk masyarakat. Dengan cara, pemerintah memberikan kemudahan penyaluran dana bantuan untuk biaya penyediaan sarana dan prasarana perpustakaan terutama keperluan penyediaan buku di perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun daerah setempat.
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini