MERINDUKAN GURU
MERINDUKAN GURU
Oleh: I Made Wardita
/Hujan merindu kemarau/
/Kemarau merindu hujan/
/Ramai merindu sepi/
/Sepi merindu sunyi/
/Sunyi merindu gemuruh/
/Guru terkadang tidak dirindukan, kini semua merindukan guru/
/Oknum guru malas enggan enggan bersua murid, kini paling merindukan sekolah/
/Siswa malas dan suka bolos, kini bergelimang kerinduan, memelas mohon ijin bersekolah/
(Nukilan Puisi “Hmmmm”: I Made Wardita; Gurusiana, 6 November 2020)
Pandemi covid-19 sudah mendekati satu tahun . Ini telah memberikan dampak terhadap semua bidang kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Sekolah sampai saat ini belum berani menyelengarakan pembelajaran tatap muka. Terpaksa melaksanakan pembelajaran online (moda daring; dalam jaringan) secara penuh.
Pembelajaran online yang diistilahkan juga dengan e-learning merupakan sistem pembelajaran yang dipandang sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini yang tumbuh dan berkembang pada era digitalisasi ketika internet telah berkembang pesat. E-leaning pada prinsipnya lebih cocok untuk siswa tertentu yang ingin meningkatkan dan menguasai kompetensi keilmuan untuk melengkapi pembelajaran tatap muka. Bukan untuk proses pembelajaran dan pendidikan yang sepenuhnya seperti pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang.
Sejumlah kelemahan dari pembelajaran daring ini, misalnya: 1) aktivitas guru-murid kurang komunikatif, 2) tidak ada pendampingan penumbuhan budi pekerti dalam proses pembelajaran, 3) para siswa tidak memiliki kesempatan bergaul (bersosialisasi) dengan teman-teman sebaya dan dengan orang yang lebih dewasa di luar keluarganya, 4)Proses belajar kurang greget karena kurangnya respons dan penguatan langsung dari guru, 5) Frekuensi tugas yang diterima siswa sering sangat fluktuatif. Sering tugas-tugas yang harus dikerjakan sangat padat dan menumpuk. Atau, sebaliknya. 5) Siswa dan guru mengalami kejenuhan.
Di samping itu, pembelajaran daring telah merepotkan orang tua. Banyak keluhan dari orang tua , khususnya anaknya yang berada di jenjang pendidikan dasar. Mereka harus menuntun anaknya belajar membaca, menulis, dan berhitung. Orang tua merasakannya sebagai kegiatan sangat menyulitkan. Belum lagi mereka harus membagi waktu untuk bekerja.
Pandemi covid-19 yang berkepanjangan ini yang telah memberikan dampak serius terhadap proses belajar mengajar. Mendikbud telah memberikan perhatian dengan memberlakukan kurikulum darurat. Walau disadari bahwa kurikulum ini tidak ideal dari segi pencapaian kualitas. Tapi, inilah (barangkali) satu-satunya yang dimungkinkan dilakukan, sambil menunggu berakhirnya pandemi covid-19.
Guru adalah profesi yang tidak tergantikan. Guru mengembang tugas sebagai pendidik dan pengajar. Dalam proses komunikasi guru dan murid sarat dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan, karakter, budi pekerti atau sikap. Inilah yang tidak dimungkinkan digantikan oleh teknologi komunikasi secanggih apapun. Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hajar Dewantara telah menempatkan guru secara terhormat dalam filsafat: Tut Wuri Handayani, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso.
Pada nukilan puisi di awal teks ini tersirat makna, kini guru dirindukan kembali. Semuanya merindukan guru. Beberapa larik dalam nukilan tersebut sengaja diekspresikan kecenderungan sifat-sfat antitesis (yang mungkin ada pada diri siapa saja). Maksudnya memberikan apersepsi atau ilustrasi untuk mengantarkan kerinduan kita terhadap guru.
Ketika hujan biasanya kemarau dirindukan. Pada saat sepi rindu dengan keramaian atau sebaliknya. Tatkala proses belajar mengajar normal, ada saja yang kurang responsif terhadap eksistensi guru. Terkadang segelintir oknum melecehkan guru dan tidak sepenuhnya setuju dengan pembinaan yang dilakukan guru. Kini semuanya merindukan guru.
Pandemi covid-19 dapat dimaknai sebagai salah satu momen yang membangkitkan kembali citra dan martabat guru.
Berikutnya, pada kondisi pembelajaran tatap muka (PTM) normal, dalam nukilan puisi tersebut, disiratkan ada oknum guru yang malas mengajar. Pada saat saat ini ternyata muncul kerinduannya terhadap sekolah. Begitu halnya dengan siswa, dalam PTM normal, ada yang suka bolos atau malas kini sangat merindukan guru dan sekolah.
Pandemi covid-19 ini telah menyebabkan banyak persoalan dalam bidang pendidikan. Kita semua berdoa semoga cepat berakhir. Kita rindu dengan situasi normal seperti tersirat pada larik penutup puisi “HMMM” sebagai berikut.
/Rindu rak terbatas waktu/
/Rindu tanpa protap/
/Rindu tanpa aksesoris/
/Rindu tanpa provokasi/
: carilah pada hamparan sawah ladang, perbukitan, lembah,
ngarai, danau, sungai, samudera, dan langit/ (**)
Wanagiri, Kamis, 10 Februari 2021
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini