OPINI

Detail Opini Guru

KOLABORASI PEMBELAJARAN DIFERENSIASI DENGAN PROJECT BASED LEARNING

Kamis, 10 April 2025 17:26 WIB
2243 |   -

Seiring dengan perkembangan zaman, pemahaman terhadap bahasa dan aksara Bali masih kurang optimal dikalangan generasi muda. Pembelajaran aksara Bali menjadi salah satu pembelajaran yang menyulitkan bagi siswa terutama dalam membaca dan menulis aksara Bali. Kurangnya pemenuhan terhadap kebutuhan belajar siswa dan pembelajaran yang masih berpusat pada guru menjadi salah satu penyebab kurangnya pelayanan pembelajaran Bahasa Bali. Jika dilihat dari tumbuh kembang siswa yang tumbuh dan berkembang di tengah teknologi yang sudah berkembang pesat, perlu halnya mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran bahasa Bali. Jika guru masih berpacu pada spidol dan papan tulis terlebih lagi masih menggunakan model pembelajaran konvensional tentu tidak memberikan kesempatan siswa untuk berkreativitas dan aktif dalam pembelajaran.

Rendahnya aktivitas dan kreativitas siswa di kelas dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) Faktor dari dalam diri siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri yang masih kurang minat dan pemahamannya dalam pembelajaran bahasa Bali. Siswa dalam hal ini memang tidak ingin membuka diri untuk menambah wawasan. (2) Faktor dari luar yang dipengaruhi oleh metode guru mengajar dan kurangnya komitmen guru mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan kompetensi siswa, khususnya keaktifan dan kreativitasnya, dipandang perlu menggagas proses pembelajaran inovatif yang membuat siswa tertarik dan menikmati proses pembelajaran. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran yang cocok diterapkan adalah Project Based Learning (PJBL), model pembelajaran ini mampu memotivasi siswa dengan melibatkannya di dalam pembelajaran. Penugasan berbasis projek bisa dikolaborasikan beberapa disiplin ilmu yang relevan, membantu keterkaitan hidup di luar sekolah serta memberikan peluang unik karena pendidik membangun hubungan dengan peserta didik sebagai fasilitator. Untuk memaksimalkan pembelajaran berbasis projek ini, maka dikolaborasikanlah dengan pembelajaran diferensiasi yang berorientasi memenuhi kebutuhan belajar siswa.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa, kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek antara lain: (1) Kesiapan belajar merupakan kemampuan siswa dalam menerima pengetahuan baru. Pemberian tugas yang sesuai dengan keterampilan dan pemahaman siswa sebelumnya (kesiapan belajar) akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. (2) Minat merupakan ketertarikan siswa dalam belajar. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Jika tugas yang diberikan memicu keingintahuan atau hasrat siswa, maka akan menimbulkan minat belajar. (3) Profil belajar merupakan pendekatan belajar yang dilihat dari profil belajar siswa masing-masing. Keingintahuan siswa dalam mengerjakan tugasnya akan memberikan kesempatan memahami pembelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai (profil belajar siswa), baik dengan cara gaya belajar (visual, audio visual, kinestesik), lingkungan atau pengaruh budaya.

Selanjutnya bagaimana cara kita sekarang merancang sebuah pembelajaran? Ada tiga strategi diferensiasi yang bisa kita lakukan antara lain: (1) Diferensiasi Konten merupakan hal yang akan dipelajari oleh siswa. Konten yang disesuaikan dengan kesiapan belajar murid seperti konten yang sifatnya mendasar bagi siswa dengan kesiapan belajarnya kurang dan konten yang sifatnya tantangan, pertanyaan pemandu bagi siswa yang lebih siap, yang mampu mengembangkan ide-ide atau pemahaman siswa lebih jauh. (2) Diferensiasi Proses yaitu sebuah proses yang dimana adanya interaksi dalam memahami sebuah Informasi dari konten yang diberikan guru. Interaksi ini meliputi pemahaman materi dan bagaimana siswa tersebut memaknai materi yang dipelajari. Bisa juga dengan mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar murid dari visual, auditori dan kinestetik.  (3) Diferensiasi Produk merupakan keluaran atau bukti yang dapat mereka tunjukkan setelah memahami konten yang diberikan guru. Produk yang dihasilkan siswa dalam penerapan strategi diferensiasi adalah produk yang dapat ditunjukkan pada guru, yang ada wujudnnya, bisa berbentuk karangan, tulisan, pertunjukan, presentasi, rekaman, diagram, video dan sebagainya. Guru dalam hal ini tetap yang mengetahui atau mengkomunikasikan indikator kualitas yang diharapkan dari produk tersebut.

Dalam kolaborasi PJBL dengan pembelajaran diferensiasi, materi yang diambil adalah memproduksi papan nama/wacana pengetahuan beraksara Bali. Projek yang dihasilkan siswa adalah papan nama/wacana pengetahuan beraksara Bali berbasis diferensiasi produk. Diferensiasi produk siswa tersebut dirancang menggunakan dua pilihan yaitu : (1) Cara manual/berbasis kertas dan pensil serta memanfaatkan barang-barang bekas. (2) Berbasis teknologi dengan memanfaatkan android dan aplikasi-aplikasi yang relevan. Untuk teknis kerja siswa dalam projek ini adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai persiapan awal, secara asinkronus siswa sudah diberikan diferensiasi konten berupa materi pembelajaran yang berupa video pembelajaran, materi berupa pdf, dan latihan soal. Ketiga konten tersebut diberikan sesuai dengan pilihan gaya belajar siswa yang memilih audio visual, visual, dan kinestetik.
  2. Secara sinkronus siswa memulai projek ini dengan membuat rancangan produk pada LKPD yang dikerjakan bersama kelompok. Setelah merancang dan mempersiapkan alat  bahan, selanjutnya siswa siap menggarap projek sesuai dengan pilihannya yaitu secara manual maupun dengan aplikasi.
  3. Dari hasil pengamatan, siswa mengerjakan projek sebagai berikut:
  1. Secara manual (berbasis kertas dan pensil) : siswa bekerja diatas kertas gambar berukuran A3 dengan pensil, pensil warna, penggaris, spidol, serta memanfaatkan barang bekas seperti kardus sebagai alas papan nama dan pinggiran kalender sebagai hiasan. Tahapan kerjanya yaitu siswa mendesain aksara Bali dan hiasan dengan pensil setelah selesai, dipertegas kembali dengan pewarna dan spidol. Diakhir, kertas gambar ditempel diatas kardus bekas dan diberikan hiasan kalender bekas.
  2. Pengerjaan siswa menggunakan aplikasi : siswa bekerja menggunakan android dan aplikasi pendukung seperti Patik Bali, Nulis Aksara Bali, Pixellab, dan Pinterest. Tahap pengerjaannya yaitu langkah pertama siswa membuat rancangan aksara Bali di aplikasi Patik Bali atau Nulis Aksara Bali, setelah mengetik aksara Bali selesai, maka akan dicopy dibawa ke aplikasi pixellab untuk didesain jenis tulisan, warna tulisan, maupun gaya tulisan. Untuk memperindah desain maka ditambahkan bingkai yang diambil dari aplikasi pinterest.
  3. Selama proses pengerjaan, guru dan siswa sudah menyepakati target penyelesaian projek. Disamping itu guru juga memonitoring keaktifan dan perkembangan projek, siswa melakukan pembuatan proyek sesuai jadwal, mencatat setiap tahapan, mendiskusikan masalah yang muncul selama penyelesaian projek.
  4. Untuk menguji hasil dan kelayakan projek yang telah dibuat, siswa mempresentasikan produk dan laporannya di depan kelas.
  5. Pada evaluasi pengalaman belajar, setiap siswa memaparkan laporan, peserta didik yang lain memberikan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan hasil projek

Tantangan yang dijumpai dari persiapan dan pelaksanaan kolaborasi pembelajaran ini adalah membuat guru lebih cermat dalam mengelola kelas serta kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dari praktik baik ini dapat dilihat bahwa produk yang dihasilkan siswa bervariasi dan menunjukkan kreativitasnya. Disamping itu siswa menikmati proses ini karena dapat bekerja sesuai dengan kesenangan masing-masing serta kebutuhan belajarnya bisa terpenuhi sesuai dengan kesiapan belajar, minat belajar, dan gaya belajarnya.

Langkah-langkah dalam menghadapi tantangan ini adalah sebagai berikut.

  1. Agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintak PJBL, guru melakukan beberapa hal untuk persiapan yaitu mencari referensi di internet tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis projek, guru mempelajari RPP yang sudah disusun agar berjalan sesuai dengan rencana, serta melakukan sharing dengan rekan sejawat terkait tips dan trik implementasi model PJBL dalam memproduksi papan nama beraksara Bali.
  2. Hal yang dilakukan agar instrumen penilaian yang disusun sesuai dengan indikator adalah menyusun kisi-kisi soal dan menyesuaikan bentuk soal dengan indikator.
  3. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran berbasis HOTS. Dalam hal ini perlu persiapan dan bimbingan khusus agar siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Untuk mempermudah kegiatan pembelajaran yang berbasis HOTS guru membuat LKPD yang melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi. LKPD tersebut menyesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi yang diambil dari tingkat kognitif C4 sampai C6. LKPD memproduksi papan nama/wacana pengetahuan beraksara Bali ini memberikan kegiatan siswa untuk merancang, mengkreasi, dan memproduksi papan nama/wacana pengetahuan beraksara Bali.

Dampak dari penerapan model PJBL ini dengan pembelajaran diferensiasi adalah sebagai berikut :

  1. Suasana belajar menjadi berpusat pada siswa, karena siswa diberikan kesempatan berkreativitas sesuai minatnya.
  2. Bakat dan minat siswa mulai terlihat baik dibidang seni maupun teknologi. Dibidang seni terlihat dari karya siswa dalam memproduksi papan nama berbasis manual dengan kolaborasi ukiran Bali dan memanfaatkan barang bekas. Bakat dibidang teknologi dapat terlihat dari siswa yang mengkreasikan aplikasi PaTik Bali dengan pixellab dan aplikasi pinterest.
  3. Dilihat dari hasil karya siswa, pada pembelajaran berbasis projek dengan diferensiasi produk, produk siswa lebih bervariasi dan memiliki nilai seni.

Faktor keberhasilan dari kolaborasi ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa yang menyesuaikan minatnya serta pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Selain itu motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran dikelas juga meningkat. Penerapan model pembelajaran project based learning dengan pembelajaran diferensiasi dapat memfasilitasi siswa yang pada hakikatnya tumbuh dan berkembang disaat teknologi sudah berkembang pesat. Selain berbasis teknologi, pembelajaran berbasis manual dengan media kertas, pensil, dan pemanfaatan barang-barang bekas juga tidak kalah menarik. Karena melalui aktivitas tersebut bakat seni siswa mulai terasah dan siswa berani untuk menunjukkan di depan teman-temannya dan guru. Kegiatan ini menjadi refleksi guru bahwa menciptakan pembelajaran yang bermakna memerlukan komitmen. Untuk praktik baik ini juga memberikan hal yang berharga karena sejatinya guru adalah pembelajar sepanjang hayat.

 

                                                                                                                                    Era Aryanti


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini